Diantaramaksiat yang sering dilakukan oleh manusia ketika menggunakan lisannya adalah perilaku ghibah dan juga mengadu domba.Ghibah diartikan sebagai membicarakan keburukan orang lain kepada lawan ghibah.Baik yang mengatakan maupun yang mendengarkan bila tidak mencegahnya, semuanya akan dihukumi dosa ghibah.Allah SWT dalam Al - Qur'an surat Al - Hujurat ayat 12 mengatakan bahwa ghibah
DULU ada peribahasa 'mulutmu harimaumu'. Namun, di era digital seperti sekarang ini, peribahasa tersebut mungkin bermetamorfosa menjadi 'jarimu harimaumu'. Peribahasa ini ada benarnya mengingat banyak masyarakat yang terjerat masalah hukum karena cuitan yang tidak mengedepankan etika bersosial media. Media sebagai sarana untuk mengekspresikan uneg-uneg pengunanya, rambu-rambu kode etik acap kali diterobos sehingga apa yang dipublikasikan menjadi bumerang. Etika menjadi sebuah keniscayaan bagi pengguna media, terutama dalam mengekspresikan kegundahan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus dipahami sebelum kita memublikasikan ide dan curahan hati kepada publik. Pertama, memahami terlebih dahulu apa yang akan dipublikasikan. Pemahaman ini tentunya meliputi kata-kata yang dipilih apakah dapat menyinggung orang lain atau menyangkut suku, agama, ras dan antargolongan SARA. Kedua, menggunakan kalimat yang santun, sopan dan elegan, serta tidak menyinggung orang lain. Kalimat yang santun akan memudahkan kita dalam menjalin interaksi dan pertemanan di media sosial. Sebaliknya, kalimat yang kasar dan tidak sopan hanya akan melahirkan kecemburuan dan kebencian dari orang lain. Ketiga, memahami situasi dan kondisi di mana kita tinggal. Lingkungan yang kita tinggal pastinya akan berbeda dengan lingkungan di mana kita dilahirkan. Budaya yang ada di daerah masing-masing memiliki perbedaan yang cukup mencolok, sehingga tidak jarang budaya dan kebiasaan di tempat asal tidak sesuai dengan lingkungan kita tinggal domisili. Dengan demikian adaptasi sangat diperlukan, baik dalam kehidupan maya dan kehidupan nyata. Aminuddin Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jikakamu berada di situasi ini dan selalu sulit mengontrol bibir kamu, maka mulailah dari sekarang untuk berubah. Beritahu juga kepada teman-teman kamu, begini caranya: 1. Kita harus berhenti menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut
LABUAN BAJO TERKINI- Sobat Katolik, apa yang kita hadapi setiap hari adalah pengalaman berarti yang senantiasa memberikan kota pelajaran. Dalam keseharian kita, kita tentu menghadapi banyak masalah yang terus menguji dan mendewasakan kita. Sebelum beraktivitas hari ini, mari simak Bacaan Injil Suci dan Renungan Harian Katolik edisi Kamis 26 Januari 2023. Semoga bermanfaat dan Tuhan senantiasa memberkati kita. Baca Juga Tuhan Telah Siapkan Jodoh Untukmu, Asmara Zodiak Aquarius Kamis 26 Januari 2023 Bacaan Injil Lukas 101-9 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.
Orangbijak mengatakan, "Mulutmu, harimaumu". Artinya, waspada terhadap mulut sendiri. Bila tak hati-hati, salah-salah yang keluar dari mulut justru akan mencelakai si empunya. Bak harimau yang tiba-tiba berbalik menerkam pawangnya. Mulutmu adalah harimaumu makna dan pihak tertuju pada orang yang suka membicarakan orang lain maupun dirinya sendiri.
Mulutmu harimaumu adalah ungkapan yang sering kita dengar/lihat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kata-kata ini dianggap berkonotasi negatif, seolah-olah hanya dikaitkan dengan sesuatu yang berbahaya. Keselamatan manusia terletak kepada bagaimana mereka memelihara mulut mereka. Demikian kurang lebih makna ungkapan tersebut. Makna ini tidak salah, walau sebenarnya bisa lebih luas. Bisa saja ungkapan itu bermakna bahwa kata-kata yang kamu ucapkan atau pesan yang kamu tulis dapat menjadi sesuatu yang luar biasa karena dapat memiliki kekuatan yang dahsyat. Banyak kata-kata yang diungkapkan memiliki kekuatan yang luar biasa, sekuat “harimauâ€. Lebih jauh, bisa juga ungkapan itu bermakna bahwa sehat dan tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh apa yang dimakan serta diminum. Lagi-lagi ada urusan dengan mulut. Ungkapan mulutmu harimaumu sering sekali dikaitkan dengan peringatan supaya manusia menjaga perkataan yang diucapkan. Ketika tidak berhati-hati mengucapkan atau menyampaikan sesuatu, maka akibatnya akan kembali kepada dirinya. Seringkali akibat sebuah perkataan termasuk tulisan, sesuatu menjadi runyam. Misalnya, karena tersinggung akibat satu perkataan, seseorang bisa saja marah besar. Bahkan yang lebih serius lagi, boleh jadi seseorang dilaporkan ke pihak yang berwajib karena kemarahan serta ketersinggungan akibat ujaran yang disampaikan. Karena itulah menjaga dan merawat perkataan, termasuk di dalamnya tulisan, merupakan kewajiban bagi semua agar tidak ada kesalahpahaman serta ketersinggungan di antara sesama. Apalagi bagi seorang yang sedang mendapat amanah memimpin, tugas merawat dan menjaga ungkapan tertentu harus lebih diperhatikan. Ungkapan/pernyataan atau apa pun namanya yang diucapkan oleh seorang yang sedang mendapat amanah, akan lebih luas serta lebih kuat dampaknya dibanding yang disampaikan oleh orang yang tidak sedang mendapat amanah. Makna lebih luas ungkapan mulutmu harimaumu bisa juga berkonotasi positif ketika kata-kata yang diucapkan penuh arti serta tidak mengandung kebohongan, dapat dipertanggungjawabkan dan betul-betul sesuai antara perkataan dan kenyataan. Dalam hal seperti ini, ungkapan yang disampaikan akan mempunyai kekuatan yang luar biasa bagaikan kekuatan seekor harimau. Sering dalam kehidupan, kita mengetahui ungkapan yang dapat memompa semangat serta berkekuatan luar biasa. Seperti halnya yang berkonotasi negatif, ketika ungkapan yang bekonotasi positif ini diucapkan oleh seorang tokoh, maka kekuatannya akan dahsyat. Bayangkan kalau seorang pimpinan selalu mengeluarkan kata-kata indah dan jujur, dapat dipertanggungjawabkan, serta sesuai antara penyataan dan kenyataan, maka kekuatannya akan luar biasa. Ungkapan yang seperti itu akan membuat orang yang mendengar patuh kalau diperintah, percaya bila diberi janji, dan hormat pada orangnya karena mereka tahu bahwa kata-katanya penuh arti dan benar adanya. Kita semua tentu ingat bagaimana isi pidato Bung Tomo saat membakar semangat rakyat Surabaya ketika diancam oleh sekutu pada tahun 1945. Kata-kata beliau membuat siapa pun saat itu berani melawan penjajah yang mempunyai kekuatan lebih dibanding rakyat Surabaya. Berikut kutipan yang diucapkannya. …â€kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Semboyan kita tetap merdeka atau mati  Mendengar seruan tersebut, rakyat Surabaya terpompa motivasinya serta mereka yakin bahwa pilihan mereka hanya satu “merdeka atau matiâ€. Inilah kekuatan sebuah ungkapan. Bahkan kekuatan perkataan juga menyentuh ranah agama, seperti ucapan pada acara pernikahan “saya terima nikahnya XY binti XX dengan maskawin berupa AA dibayar tunaiâ€. Ada kekuatan hukum agama dan pemerintahan dalam kalimat ini. Ungkapan tersebut telah mengubah status laki-laki dan wanita yang belum menikah menjadi suami istri. Begitu kuat dampak ucapan tersebut sehingga mengubah sesuatu yang haram bisa menjadi halal. Kalau yang dipaparkan terdahulu adalah perkataan yang terkait dengan orang lain, ungkapan mulutmu harimaumu juga dapat dikonotasikan kepada hal yang amat pribadi. Ungkapan tersebut bisa bermakna bahwa sehat tidaknya seseorang sangat tergantung kepada bagaimana dia memelihara mulutnya dari makanan dan minuman. Jagalah agar apa yang dimakan/diminum sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan. Ketika mereka bisa mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi dalam istilah agamanya halal dan tayyib, maka insyaallah badan akan sehat. Namun sebaliknya, apabila manusia tidak menjaga mulut dan membiarkan semua makanan/minuman masuk seenaknya, maka tinggal menunggu saat-saat ada masalah dalam tubuh. Dalam keadaan seperti ini, bisa saja kolesterol, asam urat, gula dalam darah, serta tekanan darah semuanya tinggi, melewati ambang batas normal. Kalau semua itu terjadi, suatu tanda keadaan tubuh kita kurang begitu fit, bahkan bisa tergolong sakit. Mulutnya akan menjadi pembunuh harimau bagi dirimu. Adalah benar bahwa keselamatan manusia sangat ditentukan oleh bagaimana mereka menjaga mulut dari perkataan dan makanan/minuman. Ketika mampu menjaga dan merawat perkataan yang baik dan benar, maka ungkapan yang diucapkan akan berkekuatan seperti kekuatan harimau. Namun sebaliknya, ketika pernyataannya menyakitkan apalagi bohong karena janji-janji yang disampaikan diingkari, juga akan berkekuatan seperti harimau yang siap memangsanya. Demikian pula sehat tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh makanan/minuman yang dikonsumsi. Semakin bagus mengatur makanan/minuman yang dikonsumsi, maka kemungkinan besar tubuhnya akan semakin sehat, demikian juga sebaliknya. Semoga semua mampu tidak mengeluarkan perkataan yang menyakitkan dan tidak mengonsumsi makanan/minuman yang membahayakan tubuh. Demikian pula, semoga kita diberi petunjuk untuk selalu mengungkapkan perkataan yang baik, benar, dan bermanfaat, serta mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, mulutmu harimaumu. *Anggota Keris CLS dan Guru Besar Applied Linguistik di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Mulutmu harimaumu adalah ungkapan yang sering kita dengar/lihat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kata-kata ini dianggap berkonotasi negatif, seolah-olah hanya dikaitkan dengan sesuatu yang berbahaya. Keselamatan manusia terletak kepada bagaimana mereka memelihara mulut mereka. Demikian kurang lebih makna ungkapan tersebut. Makna ini tidak salah, walau sebenarnya bisa lebih luas. Bisa saja ungkapan itu bermakna bahwa kata-kata yang kamu ucapkan atau pesan yang kamu tulis dapat menjadi sesuatu yang luar biasa karena dapat memiliki kekuatan yang dahsyat. Banyak kata-kata yang diungkapkan memiliki kekuatan yang luar biasa, sekuat “harimauâ€. Lebih jauh, bisa juga ungkapan itu bermakna bahwa sehat dan tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh apa yang dimakan serta diminum. Lagi-lagi ada urusan dengan mulut. Ungkapan mulutmu harimaumu sering sekali dikaitkan dengan peringatan supaya manusia menjaga perkataan yang diucapkan. Ketika tidak berhati-hati mengucapkan atau menyampaikan sesuatu, maka akibatnya akan kembali kepada dirinya. Seringkali akibat sebuah perkataan termasuk tulisan, sesuatu menjadi runyam. Misalnya, karena tersinggung akibat satu perkataan, seseorang bisa saja marah besar. Bahkan yang lebih serius lagi, boleh jadi seseorang dilaporkan ke pihak yang berwajib karena kemarahan serta ketersinggungan akibat ujaran yang disampaikan. Karena itulah menjaga dan merawat perkataan, termasuk di dalamnya tulisan, merupakan kewajiban bagi semua agar tidak ada kesalahpahaman serta ketersinggungan di antara sesama. Apalagi bagi seorang yang sedang mendapat amanah memimpin, tugas merawat dan menjaga ungkapan tertentu harus lebih diperhatikan. Ungkapan/pernyataan atau apa pun namanya yang diucapkan oleh seorang yang sedang mendapat amanah, akan lebih luas serta lebih kuat dampaknya dibanding yang disampaikan oleh orang yang tidak sedang mendapat amanah. Makna lebih luas ungkapan mulutmu harimaumu bisa juga berkonotasi positif ketika kata-kata yang diucapkan penuh arti serta tidak mengandung kebohongan, dapat dipertanggungjawabkan dan betul-betul sesuai antara perkataan dan kenyataan. Dalam hal seperti ini, ungkapan yang disampaikan akan mempunyai kekuatan yang luar biasa bagaikan kekuatan seekor harimau. Sering dalam kehidupan, kita mengetahui ungkapan yang dapat memompa semangat serta berkekuatan luar biasa. Seperti halnya yang berkonotasi negatif, ketika ungkapan yang bekonotasi positif ini diucapkan oleh seorang tokoh, maka kekuatannya akan dahsyat. Bayangkan kalau seorang pimpinan selalu mengeluarkan kata-kata indah dan jujur, dapat dipertanggungjawabkan, serta sesuai antara penyataan dan kenyataan, maka kekuatannya akan luar biasa. Ungkapan yang seperti itu akan membuat orang yang mendengar patuh kalau diperintah, percaya bila diberi janji, dan hormat pada orangnya karena mereka tahu bahwa kata-katanya penuh arti dan benar adanya. Kita semua tentu ingat bagaimana isi pidato Bung Tomo saat membakar semangat rakyat Surabaya ketika diancam oleh sekutu pada tahun 1945. Kata-kata beliau membuat siapa pun saat itu berani melawan penjajah yang mempunyai kekuatan lebih dibanding rakyat Surabaya. Berikut kutipan yang diucapkannya. …â€kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Semboyan kita tetap merdeka atau mati  Mendengar seruan tersebut, rakyat Surabaya terpompa motivasinya serta mereka yakin bahwa pilihan mereka hanya satu “merdeka atau matiâ€. Inilah kekuatan sebuah ungkapan. Bahkan kekuatan perkataan juga menyentuh ranah agama, seperti ucapan pada acara pernikahan “saya terima nikahnya XY binti XX dengan maskawin berupa AA dibayar tunaiâ€. Ada kekuatan hukum agama dan pemerintahan dalam kalimat ini. Ungkapan tersebut telah mengubah status laki-laki dan wanita yang belum menikah menjadi suami istri. Begitu kuat dampak ucapan tersebut sehingga mengubah sesuatu yang haram bisa menjadi halal. Kalau yang dipaparkan terdahulu adalah perkataan yang terkait dengan orang lain, ungkapan mulutmu harimaumu juga dapat dikonotasikan kepada hal yang amat pribadi. Ungkapan tersebut bisa bermakna bahwa sehat tidaknya seseorang sangat tergantung kepada bagaimana dia memelihara mulutnya dari makanan dan minuman. Jagalah agar apa yang dimakan/diminum sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan. Ketika mereka bisa mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi dalam istilah agamanya halal dan tayyib, maka insyaallah badan akan sehat. Namun sebaliknya, apabila manusia tidak menjaga mulut dan membiarkan semua makanan/minuman masuk seenaknya, maka tinggal menunggu saat-saat ada masalah dalam tubuh. Dalam keadaan seperti ini, bisa saja kolesterol, asam urat, gula dalam darah, serta tekanan darah semuanya tinggi, melewati ambang batas normal. Kalau semua itu terjadi, suatu tanda keadaan tubuh kita kurang begitu fit, bahkan bisa tergolong sakit. Mulutnya akan menjadi pembunuh harimau bagi dirimu. Adalah benar bahwa keselamatan manusia sangat ditentukan oleh bagaimana mereka menjaga mulut dari perkataan dan makanan/minuman. Ketika mampu menjaga dan merawat perkataan yang baik dan benar, maka ungkapan yang diucapkan akan berkekuatan seperti kekuatan harimau. Namun sebaliknya, ketika pernyataannya menyakitkan apalagi bohong karena janji-janji yang disampaikan diingkari, juga akan berkekuatan seperti harimau yang siap memangsanya. Demikian pula sehat tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh makanan/minuman yang dikonsumsi. Semakin bagus mengatur makanan/minuman yang dikonsumsi, maka kemungkinan besar tubuhnya akan semakin sehat, demikian juga sebaliknya. Semoga semua mampu tidak mengeluarkan perkataan yang menyakitkan dan tidak mengonsumsi makanan/minuman yang membahayakan tubuh. Demikian pula, semoga kita diberi petunjuk untuk selalu mengungkapkan perkataan yang baik, benar, dan bermanfaat, serta mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, mulutmu harimaumu. *Anggota Keris CLS dan Guru Besar Applied Linguistik di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Mulutmu harimaumu adalah ungkapan yang sering kita dengar/lihat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kata-kata ini dianggap berkonotasi negatif, seolah-olah hanya dikaitkan dengan sesuatu yang berbahaya. Keselamatan manusia terletak kepada bagaimana mereka memelihara mulut mereka. Demikian kurang lebih makna ungkapan tersebut. Makna ini tidak salah, walau sebenarnya bisa lebih luas. Bisa saja ungkapan itu bermakna bahwa kata-kata yang kamu ucapkan atau pesan yang kamu tulis dapat menjadi sesuatu yang luar biasa karena dapat memiliki kekuatan yang dahsyat. Banyak kata-kata yang diungkapkan memiliki kekuatan yang luar biasa, sekuat “harimauâ€. Lebih jauh, bisa juga ungkapan itu bermakna bahwa sehat dan tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh apa yang dimakan serta diminum. Lagi-lagi ada urusan dengan mulut. Ungkapan mulutmu harimaumu sering sekali dikaitkan dengan peringatan supaya manusia menjaga perkataan yang diucapkan. Ketika tidak berhati-hati mengucapkan atau menyampaikan sesuatu, maka akibatnya akan kembali kepada dirinya. Seringkali akibat sebuah perkataan termasuk tulisan, sesuatu menjadi runyam. Misalnya, karena tersinggung akibat satu perkataan, seseorang bisa saja marah besar. Bahkan yang lebih serius lagi, boleh jadi seseorang dilaporkan ke pihak yang berwajib karena kemarahan serta ketersinggungan akibat ujaran yang disampaikan. Karena itulah menjaga dan merawat perkataan, termasuk di dalamnya tulisan, merupakan kewajiban bagi semua agar tidak ada kesalahpahaman serta ketersinggungan di antara sesama. Apalagi bagi seorang yang sedang mendapat amanah memimpin, tugas merawat dan menjaga ungkapan tertentu harus lebih diperhatikan. Ungkapan/pernyataan atau apa pun namanya yang diucapkan oleh seorang yang sedang mendapat amanah, akan lebih luas serta lebih kuat dampaknya dibanding yang disampaikan oleh orang yang tidak sedang mendapat amanah. Makna lebih luas ungkapan mulutmu harimaumu bisa juga berkonotasi positif ketika kata-kata yang diucapkan penuh arti serta tidak mengandung kebohongan, dapat dipertanggungjawabkan dan betul-betul sesuai antara perkataan dan kenyataan. Dalam hal seperti ini, ungkapan yang disampaikan akan mempunyai kekuatan yang luar biasa bagaikan kekuatan seekor harimau. Sering dalam kehidupan, kita mengetahui ungkapan yang dapat memompa semangat serta berkekuatan luar biasa. Seperti halnya yang berkonotasi negatif, ketika ungkapan yang bekonotasi positif ini diucapkan oleh seorang tokoh, maka kekuatannya akan dahsyat. Bayangkan kalau seorang pimpinan selalu mengeluarkan kata-kata indah dan jujur, dapat dipertanggungjawabkan, serta sesuai antara penyataan dan kenyataan, maka kekuatannya akan luar biasa. Ungkapan yang seperti itu akan membuat orang yang mendengar patuh kalau diperintah, percaya bila diberi janji, dan hormat pada orangnya karena mereka tahu bahwa kata-katanya penuh arti dan benar adanya. Kita semua tentu ingat bagaimana isi pidato Bung Tomo saat membakar semangat rakyat Surabaya ketika diancam oleh sekutu pada tahun 1945. Kata-kata beliau membuat siapa pun saat itu berani melawan penjajah yang mempunyai kekuatan lebih dibanding rakyat Surabaya. Berikut kutipan yang diucapkannya. …â€kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Semboyan kita tetap merdeka atau mati  Mendengar seruan tersebut, rakyat Surabaya terpompa motivasinya serta mereka yakin bahwa pilihan mereka hanya satu “merdeka atau matiâ€. Inilah kekuatan sebuah ungkapan. Bahkan kekuatan perkataan juga menyentuh ranah agama, seperti ucapan pada acara pernikahan “saya terima nikahnya XY binti XX dengan maskawin berupa AA dibayar tunaiâ€. Ada kekuatan hukum agama dan pemerintahan dalam kalimat ini. Ungkapan tersebut telah mengubah status laki-laki dan wanita yang belum menikah menjadi suami istri. Begitu kuat dampak ucapan tersebut sehingga mengubah sesuatu yang haram bisa menjadi halal. Kalau yang dipaparkan terdahulu adalah perkataan yang terkait dengan orang lain, ungkapan mulutmu harimaumu juga dapat dikonotasikan kepada hal yang amat pribadi. Ungkapan tersebut bisa bermakna bahwa sehat tidaknya seseorang sangat tergantung kepada bagaimana dia memelihara mulutnya dari makanan dan minuman. Jagalah agar apa yang dimakan/diminum sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan. Ketika mereka bisa mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi dalam istilah agamanya halal dan tayyib, maka insyaallah badan akan sehat. Namun sebaliknya, apabila manusia tidak menjaga mulut dan membiarkan semua makanan/minuman masuk seenaknya, maka tinggal menunggu saat-saat ada masalah dalam tubuh. Dalam keadaan seperti ini, bisa saja kolesterol, asam urat, gula dalam darah, serta tekanan darah semuanya tinggi, melewati ambang batas normal. Kalau semua itu terjadi, suatu tanda keadaan tubuh kita kurang begitu fit, bahkan bisa tergolong sakit. Mulutnya akan menjadi pembunuh harimau bagi dirimu. Adalah benar bahwa keselamatan manusia sangat ditentukan oleh bagaimana mereka menjaga mulut dari perkataan dan makanan/minuman. Ketika mampu menjaga dan merawat perkataan yang baik dan benar, maka ungkapan yang diucapkan akan berkekuatan seperti kekuatan harimau. Namun sebaliknya, ketika pernyataannya menyakitkan apalagi bohong karena janji-janji yang disampaikan diingkari, juga akan berkekuatan seperti harimau yang siap memangsanya. Demikian pula sehat tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh makanan/minuman yang dikonsumsi. Semakin bagus mengatur makanan/minuman yang dikonsumsi, maka kemungkinan besar tubuhnya akan semakin sehat, demikian juga sebaliknya. Semoga semua mampu tidak mengeluarkan perkataan yang menyakitkan dan tidak mengonsumsi makanan/minuman yang membahayakan tubuh. Demikian pula, semoga kita diberi petunjuk untuk selalu mengungkapkan perkataan yang baik, benar, dan bermanfaat, serta mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, mulutmu harimaumu. *Anggota Keris CLS dan Guru Besar Applied Linguistik di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember.
wnv8. 1qnw59mp8j.pages.dev/2201qnw59mp8j.pages.dev/11qnw59mp8j.pages.dev/1161qnw59mp8j.pages.dev/2861qnw59mp8j.pages.dev/1581qnw59mp8j.pages.dev/441qnw59mp8j.pages.dev/2701qnw59mp8j.pages.dev/1811qnw59mp8j.pages.dev/289
ayat alkitab tentang mulutmu harimaumu